Ellana, masih dengan usahanya

✎__Mingyu as Kalandra, The Bodyguard - Pt.31

•••

“Taruh di situ aja.”

Beberapa kantung belanjaan Kalandra letakkan di meja konter. Sedari tadi, matanya begitu sibuk mengamati secara bergantian; pada Laras, lalu pada Ellana. Rasa khawatirnya juga terbagi untuk Laras yang tampak tidak menunjukkan kemarahan, lalu pada Ellana yang tampak lebih banyak diam.

Suasana yang begitu canggung terlalu jelas mengudara dan Kalandra tahu bahwa dia tidak mungkin diam saja. Maka ketika Laras menghilang ke dalam kamar mandi, menjadi kesempatan Kalandra untuk mendekati Ellana, bermaksud memastikan keadaannya.

Gadis itu hanya diam berdiri di sana, mengamati dinding dekat pintu masuk di mana beberapa foto dirinya bersama keluarga terpajang. Kalandra pikir, Ellana akan menunjukkan kelemahannya begitu dia berdiri di sampingnya. Namun sepertinya, Kalandra terlalu diselimuti kecemasan sebab ternyata Ellana lebih tertarik mengambil salah satu bingkai foto dari meja hias di hadapannya, menunjukkannya pada Kalandra.

Ada sirat tidak mengerti di sana, pun dari kernyit di dahinya menjelaskan bahwa Ellana kebingungan. Mengapa ada foto dirinya di tengah potret-potret keluarga Kalandra?

Mengapa Ellana tidak tahu bahwa dirinya pernah dipotret dengan ekspresi semanis ini? Kapan dia pernah tampak sebahagia ini? Apakah ini saat dia sedang berkencan dengan Kalandra?

Mengapa Ellana tidak pernah melihatnya ada di sini sebelumnya?

“Kamu mau makan apa, Andra?”

Tetapi belum sempat percakapan mereka terjalin, Laras sudah lebih dulu keluar dari kamar mandi. Suara kucuran air dari flush toilet mengalun beberapa saat sebelum digantikan oleh Laras yang mulai menyibukkan diri di dapur.

“Apa aja yang mau Mama masak.”

Bersamaan dengan jawabannya, Kalandra menggamit tangan Ellana, menggenggamnya agar melangkah bersamanya, menuntunnya agar kemudian duduk di salah satu kursi di meja makan.

Di mana tentu tindakannya tertangkap oleh mata Laras, dan Kalandra tidak memusingkan tatapan menilai itu sebab dia memang ingin menunjukkan bahwa dia tidak mau Ellana merasa diabaikan di sini.

“Mama mau sirup atau teh?”

Laras kembali memilih kembali melakukan tugasnya seraya menjawab, “Apa aja. Asal jangan dingin.”

Lalu hening yang sedikit aneh itu kembali mengudara. Hanya ada suara kesibukan keduanya yang telah memenuhi dapur mengingat luasnya tidak sebesar milik rumah Ellana.

Apalagi, tanpa mereka duga, Ellana akan datang bergabung, berdiri di hadapan Laras yang telah mengeluarkan segala bahan masakan dari kantungnya.

“Kalau gitu, aku boleh tahu gimana caranya buatin makanan kesukaan Kalan?”

Sedikit ketegangan hadir yang membuat Kalandra lekas menengahi. “Ellana - ”

“Kamu bahkan belum tahu caranya memasak karena terbiasa menerima apa yang tinggal kamu makan saja.”

Dan jawaban telak Laras sekiranya semakin menambahkan atmosfer yang sesungguhnya tidak Kalandra sukai. “Mama - ”

“Tapi kalau nggak dicoba, aku nggak akan pernah tahu gimana caranya masak. Jadi kalau aku mau belajar dari mamanya Kalan langsung, apa itu nggak boleh?”

Kali ini tidak ada panggilan dari Kalandra. Pun tidak ada balasan langsung dari Laras dan Kalandra tidak dapat melihat bagaimana ekspresi sang mama saat ini.

Hanya saja melihat bagaimana Ellana tidak bergeming dari tempatnya, tidak ada gentar di matanya yang bahkan terlalu murni untuk dikatakan bahwa Ellana mencoba mencari muka, sepertinya Kalandra mulai mengerti mengapa pada akhirnya Laras mengembuskan napas panjang.

“Untuk saat ini, kamu cuma bisa mengamati apa yang saya kerjakan. Karena saya tidak yakin kalau kamu bahkan mampu memegang pisau dengan benar.”

“Aku bisa potong daun bawang, kok. Soalnya aku suka bikin ramen atau topokki.

Jawaban polos Ellana bukan hanya mengundang dengkus geli dari Kalandra, tetapi secara mengejutkan, Laras juga tergeletik oleh itu.

“Kalau begitu, besok kamu mulai belajar cara memotong sayur lainnya.”

Jawaban tandas Laras tidak hanya mengembangkan binar senyum Ellana - bahkan gadis itu tanpa menunggu lama, mengambil kursi tinggi untuk dia duduki - tetapi juga mengejutkan Kalandra sehingga tanpa mampu dicegah, hatinya berbunga dengan cepatnya.

Menyaksikan bagaimana Laras tidak keberatan bersuara menjelaskan apapun yang dia lakukan untuk Ellana yang memerhatikan. Padahal yang Kalandra tahu, sang mama tidak pernah suka banyak bicara jika sudah berkuasa di dapur.

-:)