I started to realize
✎__Dokyeom as Arthur, The Hidden Prince - Pt.17
—panel 1
. . .
“Anda baik-baik saja, Yang Mulia Putri?”
Aku sungguh tidak ingat kapan kaki-kakiku memijak turun dari mobil dan kini sudah berdiri di anak-anak tangga menuju lantai atas kastil ini.
Pun tidak mengingat bagaimana perjalananku keluar dari istana hingga ragaku sudah kembali di tempat ini. Karena yang kutahu, bahwa aku nyaris terjatuh bergulingan bila saja Sir Felix tidak menyelamatkanku.
“Anda terlihat sangat pucat. Biarkan saya temani Anda menuju kamar.”
Aku tidak mengangguk ataupun menggeleng. Namun kubiarkan Sir Felix memegangi tanganku, sesekali menyentuh punggungku ketika dirasa aku terhuyung, menuntunku menyelesaikan anak-anak tangga ini menuju pintu kamarku.
“Saya akan meminta tolong Emma untuk mempersiapkan keperluan merawat Anda—”
“Tidak perlu,” selaku lemah, “Saya—” aku tercekat sejenak, menahan sesak yang membuatku perlu menghelanya susah payah, “Saya hanya ingin beristirahat....”
“Anda yakin?”
“Ya ... Saya ingin sendiri ... Tolong jangan panggil saya kecuali ada hal mendesak....”
Barulah kulepas pegangan Sir Felix untuk masuk ke dalam kamar, mengunci pintu sebelum melangkah menuju tempat tidur yang dirasa amat jauh dan bergelombang.
Hingga kaki-kakiku tak lagi kuasa untuk bertahan. Aku terjatuh di tengah ruangan, pada hangatnya permadani yang kini tak kuasa menahanku dari rasa menggigil hebat.
Pandanganku berputar-putar seakan efek dari ingatanku yang terus saja memutar ucapan Ratu Margaret selam pertemuan tadi. Tiap katanya—tiap silabel yang terlontar dari mulutnya, bagai tombak yang menerjangku bertubi-tubi dan kini aku terluka parah.
“Aku mencoba memahami bahwa ini bukanlah salahmu. Aku tahu bahwa kau juga korban di sini, tapi aku tidak bisa melupakan bagaimana ibumu menghancurkan keluargamu sendiri dengan keserakahannya. Apa kau pernah mendengar bahwa sebelumnya dia memiliki anak sebelum dirimu?”
Aku tidak pernah mendengarnya....
Aku tidak pernah mendengar masa lalu Ibu yang ternyata sekelam itu.
Aku tidak pernah tahu bahwa inilah alasan kehidupan keluargaku berubah dan dipandang sebelah mata oleh banyak orang....
“Mungkin aku akan mencoba untuk mengampuninya jika saja berusaha bertanggung jawab soal itu. Tapi tahukah kau apa yang kudengar? Aku tidak pernah mengira bahwa mereka akan sehina itu menutupi keadaan dengan mengorbankan hasil dari dosa mereka. Itulah yang membuat mendiang Raja Abraham semakin murka, begitu juga aku, Princess Bella.”
Kepalaku pening bukan kepalang. Bayangan Ratu Margaret yang tetap tersenyum di setiap tutur katanya yang menginjak-injak diriku adalah yang paling membekas di ingatanku. Aku mampu melihat kebenciannya yang membumbung tinggi, di balik paras anggunnya, dia menyimpan belati untuk waktu yang sangat lama demi menikamku bertubi-tubi.
“Karena itu aku tidak akan lagi berpura-pura di hadapanmu, Princess Bella. Aku akan mengatakan bahwa aku sungguh membenci nama belakangmu dan aku tidak pernah sudi puteraku akan menghasilkan keturunan dari darahmu.”
Ketika embus napasku lepas dalam ketidaksanggupan, saat itu juga air mataku turut tak terbendung. Memicu tanganku untuk meremas gaun juga permadani yang kini menjadi satu-satunya tempatku untuk jatuh.
“Hanya saja aku tidak punya pilihan mengingat inilah keinginan terakhir mendiang Raja Abraham. Dan aku merestuimu semata-mata untuk keberhasilan puteraku dalam mendapatkan pengakuan di istana ini. Jadi aku harap agar kau tidak pernah menganggap pernikahan ini adalah takdirmu. Ini adalah ganjaran untuk dosa Garcia yang harus kau tanggung.”
Isakanku mencuat hebat, mengguncang sekujur diriku yang mulai meraung kesakitan. Aku sudah tahu bahwa pernikahan ini bukanlah untuk kedamaian namun, tetap saja aku tercabik-cabik dibuatnya.
Karena sebelumnya aku tidak pernah tahu bahwa inilah penyebab keluargaku hidup dalam penghinaan.
Aku mulai mengerti mengapa Ibu tak pernah sedikitpun membantuku menolak dan melepaskanku dalam kepasrahan.
Aku mulai mengerti bahwa inilah alasan Ratu Margaret selalu memandangku layaknya orang paling berdosa di sini.
Aku mulai mengerti bahwa aku memang pantas untuk ditertawakan di sini.
Karena aku adalah hasil dari kegalatan yang bahkan aku sendiri tak pernah tahu dan dengan lancangnya hidup bahkan berharap menjadi orang yang berguna di kerajaan ini.
—continue to panel 2