I won't leave you alone again
from
The Red Hair Man
⚠️ mind the tags first ⚠️
•••
“Bukan berarti keadaannya sudah total membaik. Dia masih perlu diawasi karena tidak menutup kemungkinan akan ada pemicu yang membuatnya melakukan hal itu lagi.”
“Kalau begitu seharusnya kau tidak mengeluarkan pernyataan bahwa dia sudah berhenti menyakiti dirinya sendiri.”
Lee Sungkyung mengesah berat. Sejenak dia menoleh pada Eisa yang sedari tadi hanya berdiri bersedekap di dekat pintu, mengawasi tanpa berniat membantu. Padahal dia yang sudah memaksanya untuk menghadap sang master yang sepertinya sudah bersiap untuk mengeksekusinya setelah ini.
“Begini, Master. Fase penyembuhan untuk pengidap depresi itu tidak bisa disamaratakan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Cheon Sera termasuk yang sudah cukup parah sehingga proses pemulihannya butuh waktu panjang. Saya memang melaporkan apa yang sedang terjadi dan bagaimana perkembangan psikisnya tetapi saya juga belum bisa menyatakan bahwa Cheon Sera sudah sembuh. Karena itu butuh pengawasan ketat untuknya karena masih ada kemungkinan dia akan melakukan tindakan nekat lagi.”
“Jadi maksudmu, Master bersalah karena sudah membiarkannya sendirian lagi?”
Sekalinya bersuara, si Eisa ini malah menyudutkan Lee Sungkyung sehingga dia harus tergeragap panik.
“Aku tidak bermaksud menyalahkannya!” serunya sebelum segera mengontrol diri. “Cheon Sera memang belum dinyatakan stabil jadi masih memerlukan kontrol secara berkala. Kepergian Anda masih menjadi traumanya jadi memang ada baiknya Anda tidak meninggalkannya apalagi sendirian seperti yang sudah dia alami selama ini.”
“So it's truly Master's fault.”
Lee Sungkyung mengembuskan napas jengkel atas Eisa yang mengompori lagi. Maka dia lemparkan tatapan sengitnya pada pria itu untuk berkata, “Mau bagaimana lagi? Kekasihnya harus mengalami kejadian traumatis itu dan menyimpan rasa bersalah selama dua tahun sendirian jadi sudah seharusnya ada yang bertanggung jawab di sini!”
Lalu dia kembali menghadap sang Master yang terus menatap tajam dirinya. Tanpa mengurangi rasa hormat, “Dengan adanya kejadian ini, saya ingin meminta persetujuan Anda sebagai wali Cheon Sera agar melaksanakan psikoterapi lanjutan mulai besok dan memohon kooperatif Anda untuk selalu mendampinginya.”
“Do it.” Seungcheol memutuskan. Berdiri dari duduknya untuk beranjak dari ruangan itu ketika Lee Sungkyung kembali bersuara.
“Aku harap kau tidak lagi meninggalkannya atau demi Tuhan, aku yang akan membawanya pergi tanpa jejak karena memang sudah seharusnya dia tidak bersama orang berbahaya sepertimu.”
Seungcheol sudah tahu bahwa semua orang di ranahnya masih lebih banyak yang tidak setuju atas keputusannya. Termasuk Lee Sungkyung yang tentunya masih punya kewarasan untuk lebih berpihak pada Cheon Sera karena keberadaannya.
Tapi tentu saja, tidak ada yang bisa menghentikan seorang S.Coups bila dia sudah memutuskan sesuatu. Apalagi soal menginginkan Cheon Sera untuk tetap berada di genggamannya.
“Do it and I will hunt your head right away.”
Mengabaikan cebikan kesal Lee Sungkyung, Seungcheol pergi tinggalkan dokter itu menuju ruangan tak jauh dari tempat pertemuan baru saja. Klinik sudah dikosongkan sejak beberapa anggotanya melaksanakan komandonya sebelum datang. Membuat Lee Sungkyung tak segan untuk mengomel karena dia harus kehilangan pasiennya hari ini walau sudah mendapat ganti rugi tiga kali lipat.
Seharusnya, Seungcheol baru akan kembali dari Italia esok. Namun mendengar kabar mendadak datang dari Kim Mingyu soal gadisnya yang sudah dia tinggalkan delapan hari, saat itu juga dia menyiapkan jet untuk segera terbang kemari.
Kini, melihat Cheon Sera terbaring di brankar klinik ini sudah cukup menimbulkan cemas tak tertahankan. Jarum infus terpasang di punggung tangan kiri, beserta balutan perban yang menutupi jejak merah di nadinya.
Cheon Sera mengiris tangannya lagi.
Adalah satu dari kabar buruk entah kali keberapa yang sudah Seungcheol dengar sepanjang meninggalkan gadis ini sejak dua tahun lalu. Dia tahu sepak terjang Sera dalam keterpurukannya yang kala itu tidak dapat dia tangani secara langsung. Dia juga tahu bahwa Sera belum sepenuhnya sembuh dari pesakitannya akan rasa bersalah mendalam karena kepergiannya.
Dan meninggalkan Sera walau hanya sementara bukanlah keputusan yang seharusnya dia ambil.
“Seungcheol...?”
Tidak butuh waktu lama bagi Sera untuk tersadar dan langsung memeluknya. Membiarkan Seungcheol menumpu beban keduanya dengan satu tangan sementara tangan lainnya mendekap erat gadis itu tak kalah rindu.
Dia tidak akan bertanya apa yang telah terjadi. Tidak akan mencari tahu apa yang tengah dibayangkan Sera saat ketakutan besarnya kembali datang. Tidak bila itu membuat keputusasaannya terpicu lagi.
Hanya dengan merasakan bagaimana pelukan Sera yang begitu kuat, penuh gemetar yang seketika menyambar, mengiringi deru napasnya yang bagai tengah berlari hingga detak jantungnya amat jelas dirasa, Seungcheol sudah tahu bahwa kepergiannya adalah mimpi terburuk Sera yang akan sulit hilang.
“I'm here. Everything is fine now.”
Seperti kala pertemuan pertama setelah sekian lama menahan diri untuk tidak berlari mendatangi, Seungcheol berjanji bahwa kali ini dirinya tidak akan membiarkan Sera menderita sedalam ini, maupun bernapas tanpanya, lagi.
“I won't leave you alone again. I promise.”
—