In the midst of the chaos

✎__Whistle from The Beast - Panel 13

Kali ini, rubik dua kali dua menjadi temannya selama menunggu lampu lalu lintas berubah hijau. Ada getaran panjang terasa di saku jaketnya, tetapi seperti biasa, Dewa abaikan.

Sebab dia lebih merasa terganggu oleh ketidakberhasilannya dalam menyelesaikan rubik termudahnya, lantaran lampu hijau lebih dulu menyala terang. Sehingga dia simpan kembali benda kecil itu sebelum melajukan motornya dengan tenang.

Kaca helm sengaja tak dia tutup demi merasakan sepoi angin malam yang mulai sedikit sejuk. Hal yang sangat disayangkan bahwa dia baru bisa merasakan sensasi ini di kala langit sudah gelap gulita.

Namun ada yang lebih disayangkan baginya bahwa dia harus menahan diri untuk tidak melempar ponselnya yang kembali bergetar di sakunya.

Mengikuti rute yang sama, dia berbelok keluar dari jalan besar menuju jalan pintas. Di mana sepi mulai dirasa atas waktu yang mulai larut malam. Setidaknya begitulah yang dia pikirkan di awal mula.

Sebelum lajunya terpaksa dia hentikan. Ketika melihat pada persimpangan di depan sana, muncul gerombolan motor bersamaan orang-orang berlarian melintas disertai seruan keras saling bersahutan. Memberi pertanda tak baik baginya untuk tetap melaju ke depan.

Ah, berengsek. Siapa yang nyari perkara jam segini?” decaknya sebelum menutup kaca helmnya, menderukan motornya bersiap untuk menerobos.

Niatnya diurungkan atas gerak matanya terlalu cepat menyisir sekitar. Menemukan sesuatu yang membuatnya langsung mengumpat begitu menyadari siapa yang tengah dilihatnya kini.

Hal yang membuat Dewa marah tanpa bisa dia sendiri cegah adalah melihat adanya orang terjebak di tengah kericuhan. Mungkin karena beberapa kali dia menyaksikan hal sama, egonya langsung menyuruhnya untuk membiarkan di kala bertentangan dengan nalurinya yang masih waras.

Apalagi mendengar pertarungan di kejauhan sana mulai sengit dan menakutkan, ditambah lemparan batu yang tiba-tiba jatuh di dekatnya, Dewa tak lagi berpikir panjang untuk turun dari motor dan berlari menghampiri.

Kali ini, Dewa tidak membiarkan sosok itu terjebak di sana selamanya. Maka satu tepukan di bahu berhasil mengejutkan gadis itu hingga dia terperanjat jatuh dan menyeret tubuhnya mundur. Bila ketakutan terpatri sangat jelas di wajahnya yang sudah pucat pasi, kontras sekali dengan Dewa yang sedikit terkejut begitu menyaksikan rupa yang dirasa tidaklah asing di ingatannya.

Bunyi teriakan bercampur benturan demi benturan yang membuat telinga ngilu itu pastinya semakin menakuti. Lantas Dewa melepas helmnya, menunjukkan wajahnya untuk gadis yang perlu dia berikan keputusan cepat.

“Kalau lo nggak mau ketahuan ada di sini, ikut gue sekarang.”

to be continued