Kalandra, dan ucapan seriusnya pada Mama

✎__Mingyu as Kalandra, The Bodyguard - Pt.30

. . .

Kembali ke apartemennya, Kalandra hadir tanpa tangan kosong. Melihat Laras sudah menguasai dapur membuatkan sesuatu yang timbulkan aroma lezat khas yang Kalandra rindu; masakan sang mama.

“Lama sekali? Jalanan Jakarta semakin macet, ya?”

Kalandra mendekat lalu menyerahkan bingkisan berisi buah-buahan untuk dia suguhkan. Pir, anggur hijau, dan jeruk yang sekiranya dapat mencairkan suasana yang sedikit canggung ini di kala Laras mulai menata meja makan. Tumis kangkung beserta potongan-potongan ayam, cumi goreng asam, dan sop sederhana yang memberikan nostalgia rumah yang sudah begitu lama tak Kalandra sambangi.

“Makan dulu.”

Titahan yang tentunya tak mungkin Kalandra tolak. Lalu keduanya melaksanakan acara makan pagi menuju siang ini dengan sunyi yang kian mengudarakan suasana yang semestinya tidak hadir untuk saat ini.

Kalandra bahkan tidak punya kesempatan untuk memeluk sang mama terlebih dahulu. Tidak punya kesempatan untuk menyampaikan rindu sekaligus menanyakan bagaimana kabar beliau juga sang papa yang pastinya masih berkutat dengan bisnis perkebunan hingga penginapan di Puncak. Pertemuan pertama yang begitu tegang dan canggung itu malah memberi suasana yang sedikitnya membingungkan Kalandra.

“Kamu sungguh-sungguh dengan dia?”

Suara Laras akhirnya mengalun setelah sebelumnya hanya terdengar suara denting sendok bergesekan dengan piring. Makanan belum sepenuhnya habis di piring keduanya, tetapi sepertinya beliau sudah tidak memiliki kesabaran untuk membuka percakapan.

“Iya, Ma. Andra sungguh-sungguh.”

“Tapi kamu pasti juga tahu bagaimana sifat dia, kan? Pak Rajendra mempekerjakan kamu karena putrinya sulit untuk diatur.”

“Iya, Andra tahu. Dan selama Andra bekerja, Ellana mulai memperbaiki diri dan sekarang udah nggak seperti yang Mama tahu sebelumnya.”

Laras meletakkan sendoknya, berhenti menyantap makanannya untuk menatap serius Kalandra.

“Mama menghormati Pak Rajendra karena sudah memberi banyak perhatian untuk kamu. Tapi untuk perihal kamu dengan putrinya, Mama belum bisa benarkan terlebih kamu tidak pernah katakan apapun ke Mama.”

“Andra minta maaf karena belum mengabari Mama soal ini sebelumnya. Tapi apa alasan Mama hanya karena Andra belum pernah beri tahu soal ini?”

“Mama kurang setuju kalau kamu sama dia.”

“Apa karena Ellana anak dari Pak Rajendra atau karena hal lain?”

“Kenapa kamu harus berakhir dengan Nadira?”

Kalandra tidak suka dengan cara Laras harus menyeret nama orang lain, terlebih orang itu sudah menjadi masa lalunya. Perlu diakui bahwa Laras cukup mengenal mantan kekasihnya ini terlebih hubungan mereka berlangsung sangat lama kala itu. Mungkin karena itu, Laras cukup nyaman dengan Nadira.

“Andra udah selesai sama dia dan berakhir secara baik-baik. Andra pikir Mama udah cukup paham soal itu - ”

“Dan kenapa kamu bisa beralih ke putri Pak Rajendra di saat kamu sendiri tahu dengan pasti bagaimana kelakuannya?”

“Andra memang tahu dengan pasti bagaimana Ellana dan karena itu Andra sungguh-sungguh sama Ellana, Ma.”

“Jadi, kamu memilih untuk bersama dia di saat dia sendiri tidak meyakinkan untuk mampu berdampingan dengan kamu?”

Kalandra tidak lagi menyentuh makanannya. Nafsu makannya menghilang semenjak percakapan ini bermula dan Kalandra mulai mengerti arah tujuan sang mama.

“Hubungan kami baru dimulai, Ma. Tentunya akan ada banyak hal yang perlu dipahami baik oleh Ellana maupun Andra sendiri. Tapi kalau Mama khawatir soal Ellana, dia nggak lagi seperti yang Mama kenal dulu.”

“Kenapa kamu begitu yakin soal dia?”

“Karena Andra udah bersama Ellana cukup lama. Dan Mama juga pasti mengerti kalau orang bisa berubah, nggak berkutat di satu sifat selama dia mau bergerak.”

Kalandra menarik napas dalam. Matanya tak pernah beralih dari sang mama yang jelas menunjukkan keraguan-atau mungkin juga ketidaksetujuan. Tetapi Kalandra sudah berjanji untuk meluruskan benang yang mulai kusut ini agar tidak semakin sulit untuk dia uraikan.

“Andra juga dulu banyak belajar untuk bisa jadi seperti yang Mama banggakan sekarang. Begitu juga dengan Ellana. Dia masih perlu waktu untuk bisa jadi dirinya yang lebih baik. Dan Andra nggak keberatan untuk temani dia meski harus butuh waktu lama.”

“Mama nggak yakin soal dia - ”

“Mama nggak perlu yakin sekarang juga. Jalannya Andra sama dia masih panjang dan Andra juga nggak buru-buru. Jadi untuk saat ini Andra cukup perlu Mama percaya sama Andra dan Ellana. Bisa kan, Ma?”

Laras mengembuskan napas cepat. Apa yang dikatakan Kalandra tiada salah. Dan mungkin memang benar, Laras hanya terlalu berpaku dengan cara pandangnya tanpa peduli bagaimana Kalandra memandang pilihannya sendiri.

Bukan semestinya Laras mendikte Kalandra di saat putranya sudah mengerti cara membuat keputusan. Karenanya, mungkin untuk saat ini dia hanya perlu percaya bahwa Kalandra tidak membuat keputusan salah.

“Lalu kenapa dia bisa seenaknya datang kemari? Kalian sudah berani tidur bersama? Di saat kamu tahu dengan jelas kalau dia anaknya Pak Rajendra?” Kalandra menggeleng, kali ini dengan senyum yang menunjukkan ketenangan yang telah berhasil menguasainya. “Ellana datang karena kemarin habis nengokin mamanya. Ellana butuh teman berbagi dan Andra biarin dia istirahat di sini.”

Tentu saja, Kalandra tidak akan ceritakan secara detailnya. Namun melihat kernyitan curiga dari Laras, Kalandra tahu bahwa sang mama tidak puas dengan jawabannya.

“Kalau Mama khawatir soal Andra yang mungkin - ”

“Mama lebih khawatir soal dia yang mungkin akan diperlakukan tidak semestinya sama kamu selama di sini. Bagaimanapun juga, dia adalah perempuan yang masih dijaga dengan baik oleh ayahnya, semenyebalkan apapun dia.”

Secara mengejutkan yang berhasil membuat Kalandra lebarkan senyuman. Tentu saja, sang mama sudah lebih memahami apa yang sudah semestinya dikhawatirkan untuk perihal ini.

“Andra akan selalu pastikan Ellana aman bersama Andra. Karena itu juga tugas utama Andra di sini.”

—:)