Kalandra, Ellana, dan Mama
✎__Mingyu as Kalandra, The Bodyguard - Pt.30
. . .
Berada di situasi ini sebenarnya sudah Kalandra prediksikan. Tetapi tetap saja, Kalandra merasakan tegang yang agaknya sulit untuk dia redam terlebih menghadapi langsung tatapan tajam sang mama.
Setelah cukup lama tak saling sapa, hal pertama yang Kalandra dapat adalah penghakiman dari Laras; sang mama yang masih tunjukkan rupawannya di usia yang kian mendekati paruh baya. Kontras sekali dengan sang nona yang kelihatannya berusaha menyembunyikan gugup sekaligus takut di wajah cantiknya.
“Kamu nggak pernah berkabar dengan Mama. Lalu tiba-tiba sekarang kamu sudah bisa membawa anak dari orang yang mempekerjakan kamu ke kediaman kamu seperti ini? Menurut kamu etis atau tidak, Andra?”
Kesalahan besar Kalandra adalah masih menyembunyikan hubungannya bersama Ellana dari sang mama. Bukan maksud apa, situasi mereka yang memang baru memulai membuat Kalandra perlu menyimpan -
“Tapi ini bukan maunya Kalandra. Itu maunya aku.”
Belum sempat Kalandra bersuara, Ellana lebih dulu melempar pembelaan untuknya. Ellana masihlah menjadi Ellana yang akan bicara jujur bagaimanapun situasinya. Dan Kalandra bisa merasakan tegang kian mengudara di ruangan ini di mana Laras seketika menoleh pada gadis itu.
“Aku yang mau nginep di sini. Bukan maunya Kalandra.”
“Bukan maunya Kalandra tetapi kamu memaksa datang ke sini, begitu?”
“Ma, nggak begitu-”
“Aku nggak maksa tapi Kalan emang bolehin aku ke sini.”
“Ellana - ”
“Kamu panggil dia apa?”
Kalandra sedikit kewalahan. Namun dia penuh berani menengahi keduanya; merangkul Ellana agar sedikit berjarak dari Laras agar dirinya yang berhadapan langsung dengan sang mama.
“Ellana. Itu namanya dan Andra nggak ada merasa dipaksa sama dia.” Kalandra menjawab tudingan Laras sebelumnya. “Andra masih bekerja menjaga Ellana sebagai anak Pak Rajendra. Dan di sini Andra juga menjaga Ellana sebagai kekasih Andra. Kalau itu yang Mama khawatirkan karena melihat dia di sini.”
Sedikit terlihat manik hitam Laras melebar atas jawaban lugas putranya. Menyusul dengkus cepat bersama palingan wajahnya sejenak sebelum kembali menghakimi keduanya.
“Sejak kapan?”
Kalandra tidak sertamerta menjawab. Sejak kapan? Kalandra sendiri tidak pasti karena semuanya mengalir begitu saja. Tetapi jika dihitung sejak Ellana mulai menerimanya -
“Tahun lalu.” Kalandra akhirnya menjawab. “Sejak tahun lalu kami udah saling menerima dan menjalani hubungan sampai sekarang.”
“Dan kamu enggak sekalipun bicarakan soal ini kepada Mama? Apa karena ini bermula dari Pak Rajendra yang ingin menjodohkan kamu dengan putrinya ini jadi kamu pikir Mama langsung setuju?”
Kalandra bisa merasakan tangan kecil yang kini digenggamnya meremasnya kuat. Mengerti melalui gelagat kecil bahwa Ellana yang sudah terdiam kini terkejut mendengar ucapan mamanya.
“Andra jalankan pekerjaan ini memang bermula dari tawaran Pak Rajendra. Soal perjodohan itu juga bukan sepenuhnya diseriuskan oleh beliau karena semuanya kembali ke Andra dan Ellana. Jadi Mama nggak perlu khawatir karena Andra nggak ada rasa terpaksa di sini.”
Laras tidak segera membalas. Sekali lagi dia meneliti dua sejoli yang saling bergenggaman di hadapannya dengan ekspresi bercampur.
Kalau dikatakan bahwa ia bersikap protektif terhadap putranya, mungkin memang benar. Bukan karena dia terlalu pilih-pilih untuk urusan ini. Hanya saja, Laras tidak senang bila putranya membuat sebuah keputusan di tengah situasi yang setahu dirinya seharusnya dijalankan secara profesional dengan tidak berhubungan khusus dengan nonanya sendiri seperti ini.
“Pulangkan dia ke rumah. Mama ingin bicara serius dengan kamu berdua saja.”
Ucapan tandas Laras tidak memberikan ruang bagi Kalandra untuk mendebat. Maka yang dia lakukan selanjutnya adalah mengajak Ellana keluar dari apartemennya, mengantarnya pulang.
-