The umpteenth time
✎__Dokyeom as Arthur, The Hidden Prince - Pt.18
-panel 1
. . .
“Yang Mulia Pangeran, Yang Mulia Ratu Margaret sudah memanggil Anda untuk datang ke Istana Kensington.”
Aku mendengar hela napas yang begitu jelas di ruangan ini. Pun dapat kurasakan embusan keberatan itu di punggung tanganku yang masih digenggam lembut sembari diberi kecupan-kecupan kecil.
Gelagat tak rela begitu kental menyambar sebelum akhirnya kudengar ia bangkit dari duduk di sebelah tempat tidurku. Usapan di kepalaku lantas hadir, dan aku harus menahan diri untuk tidak terhenyak ketika kuyakini bahwa dia mengecup keningku.
“I'll be right back.“
Pamitnya tepat di atasku. Menghantarkan desir yang perlu kutahan dalam kepalan kuat tanganku di sisi lain hanya agar dia tidak mengetahui kesadaranku.
Begitu langkah kakinya menjauh, menghilang di balik pintu yang ditutup perlahan, aku lantas membuka mata menyambut sunyi yang kembali menemani kesendirianku. Hatiku mencelus untuk kesekian kalinya, betapa aku berusaha menghindarinya dengan berpura-pura tertidur semalaman dan aku tahu bahwa ini tidak mungkin menjadi alibiku selamanya.
Dia sungguh menjagaku semalaman, tiada henti menggenggam tanganku dan menggumamkan kalimat-kalimat yang nyaris membuatku luluh untuk memeluknya. Namun rasa rendah diriku memenangkan segalanya sehingga aku begitu egois menelan segala penyesalannya tanpa kugubris.
Kutarik napas dalam-dalam sebelum berusaha bangun dari tidurku diiringi erang kecil. Lalu aku termangu ketika tanganku secara spontan memegangi perutku, bertahan di sana seakan begitu melindungi dari rasa sakit yang menyambarku.
Aku tidak tahu reaksi apa yang harus kukerahkan. Bukan berarti aku menyesali kehadirannya, tetapi…, mungkin, aku lebih merasa bersalah karena dia harus hadir di rahimku yang ternyata begitu hina ini….
Panas menyambar di kedua mataku yang tergenang terlampau cepat. Mimpi buruk yang telah menjadi nyata ini menghancurkan asaku bertubi-tubi di tiga hari berturut-turut ini. Tidak hanya dirinya, akupun merasa tidak punya muka lagi untuk berhadapan dengan Rodriguez setelah ini.
Kutepis air mataku yang sudah mengalir jatuh. Aku harus melakukan sesuatu, tidak boleh berdiam diri di sini terlalu lama….
“Yang Mulia - ”
Namun aku baru saja menurunkan kaki-kakiku menyentuh dinginnya lantai bangsal ini, ketika dia melangkah masuk dan seketika berlari menghampiri lalu menahan bahuku.
“ - Tuan Putri, Anda belum diperbolehkan turun dari tempat perawatan Anda. Kondisi Anda masih tidak memungkinkan untuk bergerak banyak.”
Aku memegangi lengan Sir Felix, memohon padanya melalui sorot mataku saat ini sebelum kucoba berkata, “Saya tidak bisa di sini. Bolehkah saya kembali ke kastil saja?”
“Dokter mengatakan bahwa Anda harus berada dalam pengawasan intensif. Ini bukan hanya keadaan Anda tetapi juga kandungan Anda, Tuan Putri. Terlalu beresiko bila Anda mengabaikan anjuran itu saat ini.”
Tetapi ketakutanku lebih besar sehingga aku paksakan berdiri. Menimbulkan kesiap panik Sir Felix dalam menangkapku ke dalam rangkulan kuatnya. Mengingat pandanganku seketika bergoyang hebat dan mungkin aku akan ambruk bila dia tidak melindungiku.
“Yang Mulia Pangeran Arthur begitu mengkhawatirkan Anda. Beliau akan semakin cemas bila Anda pergi dari sini.”
Aku tahu….
“Tetapi saya tidak punya kuasa lagi untuk bertemu dengannya, Sir Felix,” ucapku gemetar.
Aku meneguk saliva pahit. Tentu saja, Sir Felix tidak lekas membalasku. Sehingga aku mendongak padanya yang masih setia menopang tubuhku, dan aku bisa melihat tatapan penuh simpati ia berikan padaku.
“Mungkin Anda juga sudah tahu kebenarannya, jauh sebelum saya mengetahui ini. Maafkan saya karena sudah bertindak begitu bodoh selama ini,” ucapku diiringi senyum getir. “Tetapi saya harap Anda mengerti mengapa saya bersikap seperti ini….”
“Saya tidak berhak mengatakan apapun mengenai Anda, Tuan Putri. Di sini, saya berdiri sebagai pengawal Anda, dan saya hanya menginginkan yang terbaik untuk Anda.”
Selanjutnya dia melepas rangkulannya di bahuku, berganti menuntunku untuk berpegangan pada lengannya setelah meletakkan sepasang sepatuku di dekat kakiku. Di mana itu berhasil mencenungkanku dalam mengamati segala gerak-geriknya.
“Saya akan pastikan seluruh petugas di kastil selalu melayani Anda. Bagaimanapun juga, Anda tetaplah tuan putri kami dan kami selalu bersama Anda. Dan saya harap Anda beristirahat dengan baik.” Sir Felix berikan senyum kecilnya. “Mari saya antar Anda pulang.”
Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih padanya. Tetapi yang pasti, aku bersyukur lantaran Sir Felix bersedia mengabulkan permintaanku, berada di sisiku dan memahami keadaanku….
-continue to panel 2