To Meet The Queen
Arthur, The Hidden Prince – Pt.6
Chosen – Panel 1
•••
Entah sudah keberapa kali aku meremas kedua tanganku yang dirasa terus berkeringat. Sepuluh menit sejak aku duduk di sini, terasa begitu lama sampai-sampai aku ingin melarikan diri saja.
Mengarungi perjalanan nyaris satu jam lamanya menuju Kastil Windsor sebenarnya sudah cukup bagiku untuk mengambil keputusan. Namun aku cukup sadar diri untuk tetap menjaga nama baik agar tidak melakukan hal konyol berujung semakin rusaknya eksistensi keluargaku di mata kerajaan ini.
Tepat di menit kelima belas, pintu ruang pertemuan ini terbuka dan aku sertamerta berdiri. Memberi salam penuh hormat pada Ratu Kerajaan Inggris yang agung, Ratu Margaret Imani Rodriguez—memiliki nama asli Margaret Imani of Andreas yang berasal dari bangsawan Andreas ternama di negeri ini.
Menjadi kali pertama bagiku berhadapan langsung dengan orang paling mulia dan diagungkan di negara ini setelah Raja Rodriguez, tentu saja. Gaun merah marun membalut sederhana hingga ke betisnya, namun sangat cukup menunjukkan elegan dan keanggunannya.
Menjadi alasan mengapa aku berulang kali berpikir untuk lari dari kenyataan ini.
“Yang Mulia Ratu Margaret, suatu kehormatan nan mulia bagi saya dapat bertemu dengan Anda. Terima kasih sudah mengundang juga memberi saya kesempatan untuk singgah di kastil Anda.”
“Sudah menjadi keharusan bagiku untuk mengenal secara langsung calon keluarga kami. Apakah itu untukku?”
Langsung saja kuserahkan sebuket bunga yang kujadikan buah tangan untuknya. “Saya mendengar banyak akan betapa cintanya Anda pada lily. Kebetulan sekali flower shop kami mengoleksinya karena pelanggan kami pun ikut jatuh cinta pada lily berkat Anda.”
“Oh! Aku sudah mendengarnya. Kau membuka usaha yang sangat cocok dengan kepribadianmu yang manis ini,” pujinya yang membuatku menunduk tersanjung sekaligus berterima kasih padanya. “Tak kusangka bahwa seleraku yang tidak seberapa ini akan memberi pengaruh sebesar itu. Terima kasih, Princess Bella of Garcia. Aku sungguh menghargai hadiah ini.”
Kuberikan senyum manis padanya yang begitu lugas menatapku. Ada sorot menilai di sana dan aku sadar bahwa Ratu Margaret tengah menganalisa perawakanku sehingga aku perlu tetap menjaga sikapku. Membiarkannya duduk terlebih dulu kemudian aku menyusulnya setelah dipersilahkan.
“Merupakan kesalahanku karena baru bisa menyempatkan waktu untuk mengenalmu hari ini, Princess Bella. Padahal hari pernikahan sudah akan datang.”
“Saya justru merasa tersanjung sebab Anda bersedia menyisihkan sebagian waktu berharga Anda untuk bertemu dengan saya, Yang Mulia. Saya memahami akan betapa padatnya kesibukan Anda terlebih setelah melihat kesibukan Yang Mulia Pangeran Arthur yang penuh dedikasi nyaris di setiap harinya. Saya sangat memahami Anda.”
“Ah, benar. Kau sudah sempatkan diri untuk tinggal di sana. Aku harap kau tidak lagi terkejut dengan kehidupan melelahkan kami.”
“Saya sangat mengapresiasi juga menghargai dedikasi keluarga kerajaan yang pastinya demi kelangsungan hidup negeri ini. Berkat Keluarga Raja Rodriguez, kemakmuran kami para rakyat negeri ini semakin terjamin dan kami tidak akan pernah melupakan jasa Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu, dan para keluarga Raja Rodriguez.”
Sepertinya aku berhasil melambungkan perasaan Ratu Margaret. Melihat senyum penuh kepuasan juga tersanjung terpatri di wajah ayunya yang bagai tak menua, akupun sedikit menemukan titik kelegaan.
Ratu Margaret pun mempersilahkanku untuk menikmati jamuan yang sudah disediakan di meja rendah yang memisahkan kami. Chamomile tea yang harum dengan beberapa macam kue ini sedari tadi sudah menggodaku. Bisa saja kusantap dalam sekali lahap tetapi tentu aku akan menjaga kewarasanku di sini.
“Mengenai pernikahan kalian, aku harap tidak ada satupun yang tertinggal dan kau sudah sangat siap untuk besok, Princess Bella.”
Perutku yang baru saja dimanjakan dengan makanan manis langsung melilit mual. Kuletakkan cangkir di tanganku kembali pada alas kecilnya lalu kukembalikan ke meja. Mengetahui bahwa kami sudah masuk ke dalam perbincangan utama.
“Semuanya sudah dipersiapkan dan saya sudah bersedia untuk besok, Yang Mulia Ratu.”
Tidak. Sebenarnya aku semakin tidak siap....
“Pernikahan ini bukan hanya dikarenakan wasiat Raja sebelumnya; Raja Abraham kita. Tetapi juga untuk membangun nama baik Pangeran Arthur sebelum dia diperkenalkan kepada rakyatnya nanti. Dan kau—”
Diam-diam aku menelan saliva. Menunggu kelanjutannya dengan degup jantung yang semakin kencang di dadaku.
“Tugasmu adalah memperbaiki keturunan Pangeran Arthur. Satu tidaklah cukup, Princess Bella. Jadi berikan kami beberapa keturunan yang layak untuk menjadi penerus kerajaan ini. Selain itu, Garcia mungkin akan menjadi sorotan baru di khalayak luas. Kerena itu harumkan keluargamu sebelum hari itu tiba agar tidak ada istilah Rodriguez direndahkan.”
Entah berapa kali batinku mencelus selama Ratu Margaret menguarkan ultimatumnya. Rahangku mengetat di saat aku harus kembali menunjukkan senyum tak keberatan demi mengindahkan perintahnya.
“Saya mengerti dan saya akan mewujudkannya, Yang Mulia Ratu.”
Ratu Margaret kembali menunjukkan senyum puas dengan dagu terangkat sejenak. Hanya dengan gelagat kecil itu, aku tahu bahwa Ratu Margaret tengah mengintimidasiku.
“Aku tidak akan membicarakan soal masa lalu. Rodriguez sudah mengampuni dan memang tidak seharusnya ini berlanjut kepadamu. Karena itu aku akan percaya pada mendiang Raja Abraham kita untuk memberi kembali kesempatan melalui dirimu. Dengan syarat bahwa kau berjanji untuk tidak sekalipun melukai Pangeran Arthur dalam bentuk apapun. Sebab itu berarti, kau melukai kepercayaan kami.”
“Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan mulia ini dengan memberi sebuah kecewa setitik apapun. Karena itu juga akan kembali menodai nama keluarga kami yang kecil ini. Saya akan berikan yang terbaik untuk Yang Mulia Pangeran Arthur juga Kerajaan Mulia Rodriguez atas nama Garcia.”
“Dan berjanjilah untuk selalu menjaga kepercayaan kami, dalam nama Garcia. Karena kaca yang rusak walau diperbaiki masih akan terlihat retakannya. Ingat itu, Princess Bella.”
Sampai di sini, tangan-tanganku yang sudah mengepal di pangkuan mulai gemetaran. Walau aku berusaha tersenyum percaya diri, berusaha memberi keyakinan pada Ratu Margaret melalui jawaban pasti….
“Ya, saya akan memegang teguh kepercayaan Keluarga Rodriguez pada Garcia agar tidak kembali rapuh, Yang Mulia Ratu.”
Aku sudah ketakutan setengah mati.
***