Will you come home with me?

✎__Dokyeom as Arthur, The Hidden Prince  - Pt.22

•••

“Mengapa Anda melakukannya?”

Because I’ve desperately missed you?

Jawaban yang diiringi tanda tanya itu berhasil membuatku mendengkus kecil. Apalagi selanjutnya, dia berikan kecupan manis di punggung tanganku yang memang sedari tadi terus digenggamnya.

“Anda pasti sudah tahu resikonya. Bahkan sekarang sepertinya semua orang sudah tahu siapa saya karena wajah kita saat bersama sudah tersebar.”

Rasanya sudah lama sekali aku tidak mendapatkan ketenangan ini. Padahal, aku sedang menuangkan kekhawatiranku atas berita yang belum lama ini kubaca. Aku yakin, istana kerajaan pun sedang panik atas terbongkarnya kebersamaan kami....

Tapi mungkin karena sekarang aku berada di pelukannya, berbaring bersamanya yang mendekapku penuh kehangatan, aku tidak merasakan kecemasan yang bahkan sempat membuat perutku mual ingin muntah.

“Aku tidak lagi memikirkan soal resiko karena aku hanya ingin mencarimu. Menurutmu apakah aku akan rela melakukan hal senekat itu jika bukan karena aku terlalu menginginkanmu?”

Pertanyaan yang berhasil membuatku mendongak padanya. Bertemu dengan obsidian gelapnya yang membuatku berdesir karena aku masih mampu melihat sirat rindu di sana.

Dia begitu merindukanku. Sama besarnya denganku yang begitu merindukannya....

“Anda baru saja dinobatkan sebagai pangeran, Arthur. Semua masyarakat sedang menaruh perhatian dan antusiasnya pada Anda. Saya khawatir jika Anda berbuat gegabah seperti ini justru akan merugikan Anda juga.”

Then you want me to let you go far away where I can no longer reach you?” balasnya dengan sedikit kerutan di keningnya. “Aku tidak ingin menyesal lebih jauh hanya karena aku lebih mementingkan reputasiku dibandingkan kepergianmu, Bella.”

Dia menarik napas begitu dalam, mengeratkan pelukannya kepadaku, menjelaskan secara tersirat bagaimana dia sungguh-sungguh dalam menahanku menjauh. Menahan kami menjauh. Sebab tangan lainnya beralih memeluk perutku dengan hati-hati.

“Aku sudah cukup tersiksa dengan mendengar keputusanmu di malam itu. Aku berusaha melupakan itu, menganggap kau tidak pernah mengatakan hal itu dengan membiarkanmu pergi, dengan alasan memberimu waktu untuk menenangkan diri. Tapi ternyata aku menemukan kenyataan bahwa aku tidak bisa bersabar lebih lama.

I realized that I can’t lose you. I realized that my reputation is useless if I can't be with you. So I did everything to get you back even if I have to make everyone go crazy because of me. Even if I have to leave the kingdom after this.

Dia menggeleng pelan sembari menyatukan kening kami, memejam dalam hela napasnya kala hidung bangirnya menyentuh pipiku, menghiduku lamat-lamat.

I love you.” Dia mengucapkannya—lagi...,And I will sacrifice anything to always love you closely like this. Because I'm not the type of man who can give up his love for something else.

Bibirku mengulum senyum atas ucapannya yang membuatku membuncah akan haru. Rasanya sudah lama sekali aku merasakan sensasi ini. Bagaimana dia tersenyum di sela ucapan penuh artinya, lalu mengecup bibirku perlahan sehingga aku terpejam hanyut, merayuku dalam sentuhan yang begitu kurindukan sehingga aku kembali berbunga-bunga.

Aku menyadari betapa dia berusaha berjuang di sini. Di tengah gempuran kewajibannya yang kini telah menjadi sorotan satu negara, dia tengah berjuang untuk tetap bisa menggenggam pernikahan ini. Dengan seluruh hatinya.

Aku menyadari bahwa dia pun tengah menanggung resiko atas keputusannya dalam mengejarku sampai sejauh ini. Sehingga aku tidak mungkin lagi mengelak bahwa sesungguhnya, dia tengah memperjuangkan aku untuk kembali kepadanya.

Karenanya, bukankah akan terdengar jahat jika aku menolaknya?

Di samping rasa takutku, di samping rasa maluku atas masa lalu keluargaku, aku tidak dapat menampik bahwa cintaku padanya jauh lebih besar dari segala kekhawatiranku.

Sejauh apapun aku berusaha berlari, sekeras apapun aku berusaha menjauh, aku tidak bisa mengelak bahwa aku menginginkan dirinya, lebih dari apapun.

Mungkin jika dunia tidak mendukung kami, aku juga bersedia melarikan diri bersamanya. Aku bersedia tinggal di ujung dunia di mana tidak ada satupun yang peduli pada keberadaan kami, asalkan kami tinggal bersama.

Kini aku mengerti maksud dari cinta itu gila. Aku mengerti arti dari cinta itu buta.

Karena cintaku kepadanya membuatku berpikir bahwa tidak apa-apa jika aku kehilangan segalanya. Asalkan aku tetap bersamanya. Bersama bayi kami yang akan terus tumbuh di sini....

I can still be a florist for us.

Ucapanku yang begitu tiba-tiba ternyata berhasil mengundang kekeh kecil darinya yang baru saja melepas cumbuan. Napas hangatnya beradu denganku, menyapuku dalam sensasi yang membuatku melilit kesenangan sehingga begitu saja aku mengejar bibirnya agar kembali bertaut.

And I can still be a fencing coach or farmer.” Dia tersenyum melihatku turut terkekeh atas balasannya. “Don’t get me wrong, I have a lot of land in this country and it can fulfill your needs for a lifetime.

Entah apa yang lucu dari ucapannya, tetapi aku malah semakin tertawa yang membuat keningnya semakin berkerut walau dihiasi senyum sembari berkata, “I’m not joking, Bella. I will not be poor just because I am no longer a prince.

Ya, aku percaya padanya. Tetapi aku bahkan tidak berpikir hingga sejauh itu.

Aku merasa teramat senang hanya karena dia pun berusaha membuktikan bahwa dia sangat ingin bersamaku. Dan itu lebih dari cukup bagiku untuk kembali mencium bibirnya yang terus melengkung manis. Setelah sekian lama aku tidak menyaksikan keindahan itu.

Dan mungkin, kerinduan kami akan terus meluap tiada henti, bila saja ketukan halus dari pintu kamar yang sudah menjadi tempatku tinggal ini tidak menginterupsi kami.

“Pangeran Arthur, aku harap kau tidak selamanya mengurung Princess Bella karena dia dan bayinya membutuhkan energi lebih banyak sebelum pulang bersamamu! Ini sudah waktunya makan malam!”

Seruan Madam Lily di luar sana berhasil membuat kami terkekeh-kekeh. Aku yakin ini bukan hanya hormonku yang turut meluap-luap setelah sekian lama aku tidak bersentuhan dengannya. Tetapi juga karena aku telah menemukan kembali bahagia yang sempat menghilang begitu lama.

Will you come home with me tomorrow, My Princess?

Tanganku mengelusi rahangnya yang mengambang di atasku. Merasakan adanya jambang mulai tumbuh samar-samar di sana dan dengan lancangnya, aku mulai membayangkan bagaimana rasanya jika aku yang mencukurnya.

Take me home,” pintaku nyaris berbisik. “Take us home with you, Arthur.

—:)