⚠️ there's a scene that'll cause a butterfly effect, please make sure you're mature enough before read this :)
•••
“Bella, ibumu mengatakan bahwa ada tamu datang ke rumah. Kau harus pulang.”
Sertamerta tangan-tanganku yang tengah membetulkan batang pink jasmine yang melilit itu terhenti. Keningku kontan mengernyit menyertai mulutku membuka, “Apa itu sangat mendesak? Memangnya siapa yang bertamu ke rumah?”
⚠️ contains medical cases , pardon me for some mistake in comprehension 🙏
•••
“Femoral neck fracture. Dia harus segera dioperasi.”
Jeon Wonwoo mengesah cepat mengamati hasil X-ray scan pada layar di hadapannya. Ada semacam patahan pada tulang leher femur di sebelah kiri milik pasien yang tengah ditanganinya.
Ada batasan tak kasat mata yang selalu menahanku untuk tidak bertindak semaunya di kastil ini.
Terlepas dari aku yang terlalu senang menata banyak hal atau membuat panik para pelayan karena aku terlalu bekerja keras, aku tahu bahwa lebih dari itu, aku tidak berhak untuk ikut campur dengan urusan yang jelas bukanlah ranahku.
Ellana lupa kalau Kalandra bukanlah pria yang mudah mengalah sekeras apapun dia melawan.
Sekalipun dirinya sedang jatuh sakit seperti ini, Kalandra tetaplah menjadi pria menyebalkan yang tidak akan mendengar rengekannya dan malah berbalik menantangnya dengan raut yang ingin sekali Ellana tenggelamkan bila mampu.
Sesungguhnya Jina kesal, ingin meledak marah juga, tetapi begitu melihat wajah yang sudah menghantui hari-harinya itu dipenuhi lebam hingga berdarah, amarah Jina justru berbalik menjadi kecemasan.
“Kamu jangan cari gara-gara terus tuh nggak bisa, ya?”
Isak tangis menggema deras di ruangan ini. Menemani keterdiaman Seungcheol yang terus meratapi sosok dalam pigura berpita hitam itu bermenit-menit lamanya.
Mulutnya mengatup keras sebagaimana dengan tangan-tangan mengepal kuat di tiap sisi, betapa dirinya nyaris tak sanggup untuk memberikan penghormatan terakhir untuk Kim Mingyu di sana.